DOKTER INDONESIA DI ERA DIGITAL (Tantangan dan Harapan dalam Pelayanan Kesehatan)

Oleh:
Dr. H. Susilo Surahman, S.Ag., M.Pd., MCE.

Mentari pagi menyinari wajah-wajah penuh harap di Hari Dokter Nasional. Di tengah hiruk pikuk kota dan desa, terlintas dalam benak kita sosok dokter—pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu hadir di garda terdepan pelayanan kesehatan. Namun, di era digital yang serba cepat ini, peran dokter tak lagi sama. Teknologi telah mengubah lanskap dunia medis, membawa tantangan sekaligus harapan baru.

Saya teringat percakapan dengan seorang dokter muda di Bandung. Ia bercerita tentang bagaimana telemedicine telah membantunya menjangkau pasien-pasien di pelosok Jawa Barat yang sulit mendapatkan akses ke layanan kesehatan. Dengan aplikasi di smartphone, ia bisa memberikan konsultasi, mendiagnosis penyakit, dan meresepkan obat tanpa harus bertatap muka langsung. “Ini seperti keajaiban,” ujarnya dengan mata berbinar.

Namun, di balik kemudahan itu, ada pula kekhawatiran yang menghantui. Seorang teman, seorang dokter senior yang telah puluhan tahun mengabdi, mengungkapkan kegelisahannya. “Saya khawatir teknologi akan mengurangi sentuhan manusiawi dalam pelayanan kesehatan,” katanya. “Pasien butuh lebih dari sekadar diagnosis dan resep. Mereka butuh didengarkan, diperhatikan, dan diyakinkan.”

Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Di era digital, interaksi antara dokter dan pasien seringkali menjadi lebih singkat dan impersonal. Waktu konsultasi semakin terbatas, fokus lebih pada data dan algoritma daripada pada cerita dan pengalaman pasien. Kita perlu berhati-hati agar teknologi tidak menggantikan peran dokter sebagai caregiver yang empatik dan humanis.

Namun, saya percaya bahwa teknologi dan sentuhan manusiawi dapat berjalan beriringan. Kita bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi inti dari profesi dokter.

Sebagai contoh, kita bisa melihat bagaimana sebuah klinik di Yogyakarta menggunakan artificial intelligence (AI) untuk membantu dokter mendiagnosis penyakit dengan lebih akurat. AI menganalisis data pasien, seperti hasil lab dan riwayat kesehatan, untuk memberikan rekomendasi diagnosis yang lebih tepat. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan dokter, yang mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kondisi fisik dan emosional pasien.

Di Hari Dokter Nasional ini, mari kita renungkan kembali peran dokter di era digital. Mari kita dukung mereka dengan memberikan pelatihan dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk menguasai teknologi baru. Mari kita pastikan bahwa teknologi digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, bukan hanya segelintir orang.

Saya bermimpi tentang masa depan di mana setiap orang Indonesia, tanpa memandang status sosial atau lokasi geografis, memiliki akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas. Saya bermimpi tentang masa depan di mana dokter Indonesia menjadi pemimpin dalam inovasi medis, menggunakan teknologi untuk menyembuhkan penyakit, mencegah pandemi, dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Semoga Hari Dokter Nasional ini menjadi momentum bagi kita semua untuk mewujudkan mimpi itu. Mari kita bersama-sama membangun Indonesia yang lebih sehat, lebih sejahtera, dan lebih berkeadilan.