Oleh:
Dr. H. Susilo Surahman, MCE.
Hari Bangunan yang jatuh pada 11 November setiap tahun biasanya diperingati dengan menyoroti keberhasilan pembangunan fisik: gedung-gedung baru, infrastruktur megah, atau proyek yang menjadi kebanggaan daerah. Namun, tahun ini peringatan tersebut terasa berbeda. Publik sedang ramai membicarakan pernyataan viral Yudi Sadewa, putra Menteri Keuangan, yang menyinggung paradoks bangsa: masyarakat Indonesia dikenal religius, tetapi kasus korupsi tetap marak. Kritik ini menohok, seakan mengingatkan kita bahwa bangunan yang paling penting bukanlah gedung bertingkat, melainkan fondasi moral yang menopang bangsa.
Bangunan fisik berdiri kokoh karena fondasi yang kuat, tiang yang tegak, dan dinding yang saling menopang. Begitu pula sebuah bangsa: ia hanya bisa bertahan jika fondasi moralnya kokoh, tiang integritasnya tegak, dan dinding kepercayaannya saling menopang. Kasus-kasus korupsi yang terus muncul menunjukkan bahwa fondasi moral kita masih rapuh. Religiusitas yang semestinya menjadi semen perekat justru sering berhenti pada simbol, belum menembus ke praktik nyata dalam tata kelola publik. Kritik yang viral belakangan ini menjadi cermin bahwa bangsa ini perlu menata ulang bangunan integritasnya, agar tidak sekadar megah di luar tetapi keropos di dalam.
Hari Bangunan seharusnya menjadi momentum kolektif untuk membangun ulang fondasi bangsa. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan penegakan hukum yang konsisten, sementara masyarakat harus menumbuhkan budaya antikorupsi sejak pendidikan dasar. Akademisi dan tokoh agama memiliki peran strategis untuk menjembatani nilai religiusitas dengan praktik integritas, sehingga ajaran moral tidak berhenti di mimbar, tetapi hidup dalam perilaku sehari-hari. Media pun harus terus mengawal, menjadi jendela transparansi yang memastikan bangunan bangsa tidak retak oleh kepentingan sesaat.
Bangunan yang kokoh bukan hanya soal bata dan semen, melainkan soal kejujuran dan keberanian menolak korupsi. Kritik yang viral seharusnya tidak dilihat sebagai serangan, melainkan sebagai alarm untuk memperbaiki fondasi bangsa. Hari Bangunan 11 November 2025 menjadi pengingat bahwa tugas kita bukan sekadar mendirikan gedung, tetapi membangun integritas. Sebab, bangsa yang berdiri di atas fondasi moral yang kuat akan mampu menahan guncangan zaman, dan tetap tegak sebagai rumah bersama yang aman dan terpercaya. Selamat Hari Bangunan.