KORUPSI MENGGEROGOTI PILAR BANGSA: APA YANG HARUS KITA LAKUKAN HARI INI?
Oleh:
Dr. H. Susilo Surahman, S.Ag., M.Pd., MCE.
Hari ini, 9 Desember, saya membuka ponsel dan melihat notifikasi: “Hari Anti Korupsi Sedunia”. Saya tersenyum pelan, tapi hatiku terasa berat. Bukankah setiap hari seolah-olah kita hidup di tengah “perang” yang sama—perang melawan kejahatan yang tak terlihat tapi selalu ada di sekitar? Seperti hari kemarin, berita tentang kasus korupsi di proyek infrastruktur lokal masih mengisi halaman utama. Tanpa sadar, saya berpikir: ini bukan hanya masalah uang yang hilang, tapi jahat yang perlahan-lahan menggigit pilar-pilar bangsa Indonesia yang kita banggakan. Hari ini, saya rasa waktunya untuk tidak hanya merayakan, tapi bertanya: apa yang sebenarnya kita lakukan untuk menghentikannya?
Ingat tahun 2003, ketika PBB menetapkan hari ini sebagai Hari Anti Korupsi Sedunia—tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran dan mendorong semua negara untuk berjuang melawannya. Di Indonesia, masalah ini sudah ada sejak lama, tapi tetap seperti batu besar yang sulit digeser. Tahun ini, data Transparency International menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi kita masih stagnan. Saya ingat ketika tetangga saya, Bu Siti, menderita karena tidak bisa mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit karena “butuh sesuatu tambahan” untuk diproses. Atau ketika berita tentang uang APBN yang seharusnya untuk sekolah anak-anak malah terkontrak ke dompet orang yang tidak pantas. Semua itu adalah bukti: korupsi tidak hanya merusak ekonomi, tapi merusak keadilan, kesejahteraan, dan kepercayaan—pilar-pilar yang membuat bangsa ini berdiri.
Kenapa ini terus berlanjut? Saya sering berpikir. Kadang saya melihat sistem pengawasan yang lemah—kasus yang terlaporkan malah tertunda lama, bahkan hilang tanpa jejak. Kadang saya mendengar cerita tentang “sedekah” yang sudah menjadi kebiasaan di beberapa tempat, seolah-olah itu hal yang wajar. Dan kadang, saya melihat masyarakat yang terlalu pasrah, seolah-olah tidak ada yang bisa dilakukan. Jika ini terus berjalan, apa yang akan terjadi nanti? Pilar keadilan akan hancur karena orang berkuasa bisa melanggar hukum bebas. Pilar kesejahteraan akan roboh karena uang rakyat tidak terpakai dengan baik. Dan yang paling takutkan, pilar persatuan akan lemah karena kita tidak lagi mempercayai satu sama lain dan negara. Korupsi bukan hanya mencuri uang—ia mencuri masa depan kita.
Tapi saya tidak mau putus asa. Saya yakin, jika semua pihak bekerja sama, kita bisa menghentikannya. Pemerintah dan lembaga penegak hukum harus memperkuat pengawasan, membuat penegakan hukum lebih cepat dan ketat—agar pelaku tidak lagi merasa aman. Masyarakat kita, termasuk saya sendiri, harus lebih peka: laporkan kasus yang terlihat, jauhi gratifikasi, dan pilih pemimpin yang bersih saat pemilu. Lembaga swasta harus membangun bisnis yang jujur, dan sekolah harus mengajarkan nilai integritas sejak dini. Semua ini tidak akan selesai hari ini, tapi hari ini adalah titik awal yang sempurna untuk mengambil langkah pertama—bahkan yang terkecil.
Saat hari ini hampir berakhir, saya menutup ponsel dan melihat langit yang memerah. Hari Anti Korupsi Sedunia bukan hanya hari untuk berbicara—tapi untuk bertindak. Korupsi yang menggerogoti pilar bangsa tidak akan hilang dengan sendirinya. Ia butuh perjuangan kita semua. Mari kita janjikan pada diri sendiri, hari ini, bahwa kita akan melindungi keadilan, kesejahteraan, dan kepercayaan yang kita miliki. Karena hanya dengan bangsa yang bebas dari korupsi, kita bisa membangun masa depan yang lebih baik—untuk kita, untuk anak-anak kita, dan untuk semua rakyat Indonesia. Selamat Hari Anti Korupsi Sedunia.
