WAYANG, KEKAYAAN BUDAYA YANG TAK TERTANDINGI (Refleksi di Tengah Lonjakan Harta Prajogo Pangestu)

Oleh:
Dr. H. Susilo Surahman, MCE.

Di tengah hiruk-pikuk pemberitaan tentang Prajogo Pangestu yang kini dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia, kita sebagai bangsa seolah terpaku pada angka dan aset. Kekayaan menjadi sorotan utama, seakan menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan. Namun, pada tanggal 7 November ini, Hari Wayang Nasional mengajak kita untuk menoleh sejenak: adakah kekayaan lain yang lebih abadi, lebih membentuk jiwa bangsa, daripada warisan budaya seperti wayang?

Wayang bukan sekadar seni pertunjukan. Ia adalah cermin nilai, filsafat, dan spiritualitas Nusantara. Dari kisah Mahabharata hingga Ramayana versi Jawa, dari Semar yang bijak hingga Duryudana yang tamak, wayang mengajarkan kita tentang kehidupan, kekuasaan, dan kebijaksanaan. Hari Wayang Nasional ditetapkan sebagai pengingat bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang diakui dunia, yang tak lekang oleh waktu dan tak tergantikan oleh gemerlap materi.

Ketika publik terpesona oleh daftar orang terkaya, kita perlu bertanya: apakah kita juga kaya dalam nilai? Apakah anak-anak kita mengenal Semar lebih dari selebritas TikTok? Apakah kita masih memahami makna kekuasaan dan kekayaan sebagaimana diajarkan dalam lakon-lakon wayang?

Tokoh seperti Duryudana dalam pewayangan menggambarkan ambisi dan kerakusan yang akhirnya membawa kehancuran. Sebaliknya, Semar hadir sebagai penjaga nurani, tokoh yang sederhana namun penuh kebijaksanaan. Dalam konteks kekayaan yang viral, kita diajak untuk merenung: apakah kita sedang membangun panggung kehidupan yang penuh nilai, atau sekadar mengejar sorotan?

Sebagai pendidik, saya percaya bahwa wayang adalah alat refleksi sosial yang ampuh. Ia bukan nostalgia, melainkan kritik, pengingat, dan harapan. Wayang mengajarkan bahwa kekuasaan tanpa kebijaksanaan akan runtuh, dan bahwa harta tanpa nilai akan hampa. Di tengah transformasi ekonomi dan digitalisasi budaya, kita perlu menjaga agar warisan seperti wayang tetap hidup dalam kesadaran generasi muda.

Mari jadikan Hari Wayang Nasional bukan sekadar seremoni, tetapi momentum untuk menanamkan nilai. Ajak anak-anak menonton wayang, ajak mahasiswa berdiskusi tentang tokoh-tokoh pewayangan, ajak masyarakat merenungkan ulang makna kekayaan. Wayang adalah kekayaan yang tak bisa dicuri, tak bisa dijual, dan tak akan lekang oleh waktu. Ia milik kita bersama, warisan jiwa bangsa. Selamat Hari Wayang Nasional.